(Antara/reno
esnir) Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin (tiga
kanan) diserahkan ke pihak KPK di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (13/8).
Tersangka kasus suap wisma atlet SEA Games tersebut tertangkap di
Cartagena, Kolombia pada 7 Agustus lalu.
Jakarta, (Analisa). Sosok M
Nazaruddin tidak henti-hentinya memancing kontroversi setelah namanya
terseret dalam kasus dugaan suap untuk proyek pembangunan Wisma Atlet
Jakabaring di Palembang, Sumatera Selatan.
Tak sampai 24 jam setelah
ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nazaruddin
berhasil melarikan diri ke Singapura dan sempat bersembunyi untuk
beberapa lama di negara tetangga itu dengan dalih berobat.
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang sempat menyandang status
buronan internasional itu pun sempat berpindah-pindah negara dan selama
masa pelariannya melancarkan serangan melalui berbagai media.
Penampilan visual Nazaruddin di dunia maya selama masa persembunyiannya
itu sama beraninya dengan keterangan keluar dari mulutnya. Mulai dari
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum hingga pimpinan KPK ia sebut
turut terlibat dalam kasus yang melilitnya.
Tak hanya KPK yang repot mencari Nazaruddin selalu rajin berkoar-koar
dari sarang persembunyiannya. Polri pun ikut turun tangan mencari
buronan lembaga antikorupsi yang independen itu melalui kerjasama dengan
polisi internasional. Dan ketika Nazaruddin akhirnya tertangkap oleh
interpol di Cartagena, Kolombia, bukan KPK yang mengumumkan, melainkan
Menko Polhukam Djoko Suyanto melalui konferensi pers di Kantor
Kepresidenan.
Setelah tertangkap, Nazaruddin belum berhenti menjadi bahan kontroversi.
Proses pemulangan pria yang tiga bulan menjadi buronan itu cukup
mencengangkan: menumpang pesawat jet carteran milik maskapai Amerika
Serikat, Gulfstream Aerospace, dengan biaya Rp4,3 miliar.
Menko Polhukam Djoko Suyanto mengakui biaya sewa pesawat rute
Bogota-Jakarta itu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan prosedur pemulangan dengan menyewa pesawat jet dipilih
berdasarkan pertimbangan keamanan.
Memang, Presiden Yudhoyono amat mewanti-wanti Kapolri Jenderal (Pol)
Timur Pradopo untuk menjaga keselamatan Nazaruddin seketat-ketatnya. Dua
kali Presiden Yudhoyono menyampaikan pesan tersebut dalam pengantarnya
sebelum memulai sidang kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan.
"Saya pesan kepada Kapolri jagalah keselamatan yang bersangkutan.
"Safety", "safety" sekali lagi, karena barangkali ada pihak-pihak yang
tidak nyaman dengan kedatangan yang bersangkutan ke Tanah Air," katanya.
Menunggu Seharian
Setelah tersiarnya berita kepulangan Nazaruddin ke tanah air dari
Bogota, Kolombia, para wartawan dari berbagai media langsung mengambil
ancang-ancang.
Sebelumnya diinformasikan bahwa pesawat carteran yang mengangkut
Nazaruddin lepas landas dari Bogota pada Kamis petang waktu setempat
atau jumat dinihari Waktu Indonesia Barat (WIB).
Dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 24 jam, maka Nazaruddin diprediksikan tiba di tanah air pada Sabtu dini hari.
Tak mau ketinggalan berita, puluhan wartawan pun siap siaga menanti
kedatangan Nazaruddin di Bandara Halim Perdanakusuma sejak Jumat malam.
Mereka rela membuka mata lebar-lebar memandang langit yang masih gelap
menanti-nanti kedatangan pesawat jet mewah membawa Nazaruddin.
Tidak hanya di Bandara Halim Perdanakusuma, Gedung Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Markas Komando Brimob Depok, dan Mabes Polri pun menjadi
sasaran inap wartawan yang tak mau ketinggalan peristiwa kedatangan
Nazaruddin.
Jam demi jam berlalu. 24 jam berlalu sudah. Hingga Sabtu tengah hari
belum ada kepastian kedatangan Nazaruddin. Konfirmasi demi konfirmasi
selalu mengabarkan kemunduran jadwal tiba pesawat yang mengangkut
Nazaruddin. Dari pukul 14.00, mundur ke pukul 17.00 WIB, hingga akhirnya
kabar terakhir pukul 19.45 WIB.
Dan pada pukul 19.51 WIB, mendarat dua pesawat jet berwarna putih di
landasan VIP Bandara Halim Perdanakusuma. Meski raut Nazaruddin belum
tampak, ketat pengawalan di sekitar pesawat baru mendarat itu sudah
pasti mengabarkan bahwa ada seseorang yang istimewa di dalamnya.
Beberapa petugas kepolisian bersenjata laras panjang tampak berjaga-jaga
di tangga pesawat yang sudah terbuka pintunya. Kemudian, tampak keluar
beberapa orang beriringan menuruni tangga pesawat. Mereka semua
mengenakan rompi hitam, menyandang tas ransel di punggung, sedangkan
wajah tertutup masker berwarna hitam. Mereka adalah tim pengawal
Nazaruddin yang mengiringi penerbangan Bogota-Jakarta, terdiri atas
unsur KPK, Polri, Kementerian Luar Negeri, dan Imigrasi.
Beberapa lama kemudian, tampak "sang bintang", M Nazaruddin keluar dari
pesawat digiring oleh beberapa petugas keamanan. Nazaruddin mengenakan
jaket coklat dengan tangan terborgol selalu menundukkan kepala sejak
menuruni tangga pesawat hingga memasuki mobil mini van berwarna
keperakan yang langsung membawanya ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua,
Depok, Jawa Barat.
Di rutan yang akan menjadi tempat huniannya itu, Nazaruddin hanya
singgah sejenak untuk pemeriksaan kesehatan yang dilakukan tim dokter
KPK.
Setelah itu, ia langsung dibawa ke Gedung KPK untuk pemeriksaan
adiminstrasi dan penyerahan dirinya dari pihak interpol kepada KPK.
Hitung-hitungan
Ketika mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dimintai komentarnya tentang
biaya pemulangan Nazaruddin yang mencapai angka RP4,3 miliar, pria asal
Makassar yang berdarah pengusaha itu menjawab dengan perhitungan taktis.
Menurut dia, nilai tersebut tidak seberapa dibanding uang negara yang
nanti bisa diperoleh kembali dari berbagai kasus yang mungkin melibatkan
Nazaruddin seperti yang selama ini dikumandangkan sendiri oleh mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat itu dari tempat persembunyiannya.
"Dibanding yang dicuri Nazaruddin, kecil itu Rp4 miliar. Kalau dia di
sini, bisa kembali lebih banyak kan. Kalau tidak hadir, bisa menghilang
itu uang. Kalau dengan ongkos Rp4 miliar itu bisa dapat kembali mungkin
Rp400 miliar, murah kan?" tutur Kalla.
Namun, apakah modal Rp4,3 miliar dikeluarkan pemerintah yang berasal
dari APBN itu benar-benar bisa balik modal atau bahkan mendatangkan
keuntungan bagi negara?
Tentunya harapan tersebut berpulang pada konsistensi dan komitmen
Nazaruddin apakah tetap lantang bersuara membongkar berbagai kasus masih
terselubung seperti yang telah ia lakukan selama ini.
Dan juga, pastinya, bergantung pada independesi dan kesungguhan KPK
untuk mengusut tuntas seluruh perkara yang melibatkan Nazaruddin.
Rakyat yang di"pinjam" uangnya untuk ongkos kepulangan Nazaruddin sudah
selayaknya mendapatkan balasan proses hukum yang akuntabel, transparan,
serta memenuhi rasa keadilan publik. Penantian mereka tidak harus
berlarut-larut dan melelahkan seperti menunggu kepulangan Nazaruddin.
Tidak Ada Kesepakatan
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan
tidak ada kesepakatan politik antara aparat pemerintah dengan tersangka
kasus suap Wisma Atlet Sea Games, Nazaruddin, sepanjang perjalanannya
menuju Indonesia.
"Tidak ada kepentingan apa-apa, apalagi politik pihak tertentu,"
katanya, ketika dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Sabtu, tentang
kemungkinan adanya kesepakatan politik mengingat sejumlah politisi yang
disebutkan Nazaruddin selama pelariannya.
Ia meminta seluruh elemen bangsa untuk tidak berpikiran buruk tentang
proses yang memakan waktu lama dalam pemulangan Nazaruddin ke Indonesia
didampingi tim pemerintah. "Tidak ada gunanya juga melakukan kesepakatan
dengan Nazaruddin," ujar Djoko menegaskan.
Ia menambahkan, perjalanan yang memakan waktu lama dalam pemulangan
Nazaruddin ke Indonesia semata karena jarak tempuh yang begitu panjang.
"Itu kan perjalanan separuh dunia. Pesawat kan harus "minum" (mengisi
bahan bakar) juga... Emang unta nggak minum2..," kata Djoko berseloroh.
Ia menegaskan, meski perjalanan panjang namun tidak digunakan untuk
mencari kesepakatan politik antara aparat pemerintah dengan Nazaruddin.
"Tidak ada gunanya. Apresiasi lah kerja aparat. Tunjukkan kalau kita
bangsa yang beradab," ujarnya.
Tidak Keluar Masuk
Di tempat terpisah, Kepala rumah tahanan (Karutan) Mako Brimob Kelapa
Dua, Kota Depok, Jawa Barat Kompol Basuki menjamin Nazaruddin tidak bisa
keluar masuk sembarangan tanpa adanya kepentingan untuk penyidikan.
"Saya jamin tidak akan seperti Gayus yang dengan mudah keluar masuk
tahanan," kata Basuki di Mako Brimob Depok.
Basuki mengatakan ada prosedur tetap yang harus dilalui agar tahanan bisa keluar dengan alasan yang jelas.
Menurut dia, tempat tahanan yang akan di tempati Nazaruddin adalah di
sel blok B. Ruang tahanan tersebut merupakan tempat dimana Susno Duadji
pernah menjalani tahanan.
Ia mengatakan ruang tahanan menempati luas 3x2 meter yang dilengkapi
dengan pendingin ruangan, namun tidak dilengkapi televisi atau pun
lemari es. "Kita juga melengkapi dengan CCTV di dalam ruang tahanan,"
katanya.
Mengenai adanya permintaan KPK untuk turut menjaga Nazarddin, Basuki
mengatakan akan melakukan koordinasi terlebih dahulu. "Tentunya hal ini
akan lebih baik," ujarnya. (Ant)